Kenapa kontroversi ? Dalam konservasi, melepaskan burung tidak semudah yang kita bayangkan,Tidak seperti pejabat - pejabat yang ingin menarik simpati rakyat, atau organisasi-organisasi yang ingin "show up", dalam konservasi melepas burung adalah pilihan terakhir ketika kegiatan-kegiatan konservasi lain untuk menyelamatkan jenis burung tersebut dari kepunahan terbukti gagal. Hal ini lebih disebabkan kegiatan melepas burung adalah kegiatan yang berbahaya bagi keseimbangan alam. "Kok bisa..?"
Dikatakan berbahaya karena berbagai fakta berikut :
- Sedikit saja kesalahan dalam proses melepas burung dapat berakibat fatal, bisa kematian burung yang kita lepas, menganggu keseimbangan ekosistem yang lebih dulu ada, ataupun akibat yang lainnya.
- Dibutuhkan biaya besar untuk melepas burung secara benar. Kegiatan tersebut harus diikuti oleh kegiatan monitoring dan evaluasi secara ketat. Pelepasan burung sering kali harus dilakukan secara berulang dan atau bertahap sampai dapat dipastikan keberhasilannya. Kegiatan dapat dihentikan ketika burung-burung yang dilepas mampu bertahan dan berkembangbiak pada tempat kita melepaskan burung itu. Melepas burung tanpa dapat memastikan nasibnya adalah tindakan yang sia-sia bahkan bisa dikatakan sebagai tindakan pembunuhan berencana terhadap burung yang kita lepaskan.
Dampak paling buruk yang dapat diakibatkan oleh kegiatan melepas burung adalah kepunahan. contohnya adalah punahnya Nuri talaud ras Sangihe (Eos histrio histrio). Ras ini diduga punah setelah terjadi kawin silang dengan Nuri talaud ras Talaud (Eos histrio talautensis). Proses kawin silang ini terjadi akibat lepasnya Eos histrio talautensis yang diperjual-belikan di daerah Sangihe oleh para pemburu. Contoh lain adalah punahnya burung Atitlan Grebe (Podilymbus gigas) dan Alaotra grebe (Tachybaptus rufolavatus). Kedua jenis burung ini punah karena dilepaskannya sejenis ikan di danau tempat mereka hidup. Ikan yang dilepaskan tersebut ternyata memangsa ikan-ikan kecil yang menjadi makanan kedua jenis burung tersebut. Kalah bersaing dalam perebutan makanan, kedua jenis burung ini akhirnya punah.
Selain akibat kemungkinan terjadinya kawin silang (hibridasi) dan kompetisi, melepas burung juga dapat mengakibatkan tersebarnya penyakit atau parasit bagi burung-burung yang hidup di tempat kita melepaskan burung.
Kegiatan melepas burung selalu merupakan proses yang panjang, kompleks dan mahal. Secara umum, tahapan melepas burung dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebelum pelepasan, pelepasan, dan setelah pelepasan. Sebelum melepas kita harus mengetahui status biologi, meliputi taksonomi, habitat, kesehatan, dan perilaku burung yang akan dilepas. Kita juga harus memahami kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang hidup disekitar tempat kita akan melepas burung, serta interaksi mereka dengan jenis burung yang akan kita lepas. Pada tahap awal ini kita harus mampu merumuskan secara spesifik tujuan yang ingin kita capai dari kegiatan pelepasan sesuai dengan sumberdaya yang kita miliki.
Rumusan strategi pelepasan, meliputi jumlah dan komposisi burung yang akan dilepas, teknik dan pola pelepasan serta pentahapan dan waktu pelepasan sudah harus tersedia sebelum burung mulai kita lepas. Hal ini penting sebagai panduan dalam kegiatan pelepasan serta monitoring dan evaluasinya. Sebelum dilepas semua burung harus dipastikan telah memiliki kemampuan mencari makan dan berkembangbiak, hal ini bisa diketahui melalui proses aklimatisasi atau adaptasi ulang burung pada tempat pelepasan. Sebaiknya kegiatan melepas burung dilaksanakan secara pararel dengan kegiatan kampanye dan pendidikan konservasi terutama untuk masyarakat sekitar tempat pelepasan burung.
Monitoring terhadap burung yang telah kita lepas harus dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator yang telah kita tetapkan. Selain itu, studi-studi demografis, ekologis dan perilaku burung yang telah kita lepas juga harus dilaksanakan. Kita juga harus selalu siap untuk melakukan intervensi-intervensi taktis selama proses monitoring. Intinya, melepas burung kembali ke alam dalam konteks konservasi tidak sama dengan membuka sangkar atau melepasnya dari genggaman tangan kita.
referensi : www.kutilang.or.id
referensi : www.kutilang.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar