Sabtu, 05 Mei 2012

Kampus Konservasi, Peran Nyata Komunitas Pandai Untuk Alam


BAB I
LATAR BELAKANG

Dewasa ini, tanda-tanda kerusakan alam semakin nyata dirasakan, mulai dari perubahan musim yang ekstrem, kekeringan, dan banjir. Ilmuwan memperkirakan pada tahun 2025 Yogyakarta akan kehabisan air bersih, beberapa tahun ini pun kota Surakarta telah mengalami defisit air, sehingga harus meng-import air bersih dari kabupaten Karanganyar dan kabupaten Klaten, ilmuwan juga memperkirakan pada tahun 2040 es abadi puncak jaya wijaya akan meleleh, yang berarti akan mempercepat abrasi pantai, mengakibatkan menyempitnya daratan karena bertambahnya volume air laut. Punahnya berbagai spesies karena perburuan ataupun kerusakan habitat dapat mengganggu keseimbangan alam, contoh sederhana semakin turunnya populasi ular dapat menurunkan produktifitas pertanian, karena banyaknya hama tikus. Masih banyak bencana lain yang menanti manusia sebagai konsekuensi atas rusaknya alam. hal-hal tersebut hanyalah beberapa contoh kecil yang bisa saja menjadi besar, karena efek kerusakan alam bukan berupa efek tunggal, tapi efek berantai. Karena itu perlu adanya usaha-usaha pelestarian alam, atau yang disebut sebagai usaha konservasi untuk mengatasi dan mencegah kerusakan yang lebih parah, usaha penjagaan lingkungan harus dilakukan bersama-sama secara terpadu, mulai dari lingkungan sekitar, dalam hal ini adalah Universitas.
Universitas sebagai tempat munculnya berbagai pemikiran baru, tempat berkumpulnya para cendekia yang dianggap mampu memecahkan segala macam persoalan termasuk kelestarian Sumber Daya Alam. Dengan ciri khas mahasiswa yang idealis dan menjunjung tinggi asas-asas demokratisasi, maka tidak salah jika Universitas yang mampu membudayakan konservasi dapat menjadi pusat "peradaban" baru mengenai pemanfaatan, perlindungan dan budidaya sumber daya alam, sehingga diharapkan "pusat" tersebut berimbas kepada seluruh aspek kehidupan di sekitarnya (masyarakat) yang dapat tersosialisasi dengan baik oleh agen agen pembaharu itu sendiri. Hal itu sangat mungkin mengingat kampus tidak mempunyai tendensi mengeksploitasi alam untuk motif ekonomi. Kebijakan pelestarian alam bisa menyatu dengan visi misi universitas, sehingga kebijakannya tidak berubah meskipun pucuk kepemimpinan universitas berganti. dengan usaha pelestarian alam di kampus sejalan dengan semangat baru menjadikan bumi sebagai rumah yang tetap ramah bagi masa depan manusia.

Jika sebuah Universitas berjulukan Universitas Teknologi dapat menciptakan banyak penemuan-penemuan baru atas nama modernitas, maka Universitas Konservasi dapat melindungi sumber daya alam yang ada dari dampak buruk sebuah modernitas. Universitas yang berbasis konservasi akan menjadi sebuah kawasan yang dapat melihat ke depan   segala hal yang dapat diperbuat terhadap lingkungan dan dapat membudidayakan potensi yang ada. Maka tidak berlebihan jika menyebut universitas masa depan adalah universitas yang punya kepedulian terhadap pelestarian alam. Tidak hanya menjadi tempat mahasiswa menimba ilmu tapi juga menjadi tempat yang dapat mendorong calon pemimpin bangsa menjadi pribadi yang punya kecintaan terhadap lingkungan. Saat ini, di Indonesia ada lebih dari 3.000 perguruan tinggi. Jika seluruh kampus fokus pada pelestarian alam tentu akan menjadi kekuatan besar bagi konservasi lingkungan.


BAB II
RUMUSAN MASALAH


Konservasi sebenarnya bukan sesuatu yang sangat sulit, hanya dibutuhkan tekad yang bulat berusaha melestarikan alam. Mulai dari lingkungan sekitar, kita bisa melakukan usaha konservasi, begitu juga dengan Kampus konservasi.

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadi kampus konservasi, beberapa aspek ramah lingkungan menjadi suatu hal yang wajib, yaitu :
1)    Menciptakan lingkungan yang hijau, dan konservasi air. Air elemen yang sangat penting bagi kehidupan. Tanpa air makhluk hidup akan mati, karena itu harus dilakukan konservasi air. Konservasi air berbanding lurus dengan lingkungan hijau. Semakin banyak pohon di suatu wilayah, maka semakin banyak air yang tertampung oleh akar-akar tanaman, yang ketika musim kering tiba dapat bermanfaat sebagai cadangan air.
2)    Penghematan energi serta pengendalian polusi. Energi menjadi suatu hal yang sangat berharga, karena bahan bakar fosil yang selama ini sering digunakan, bukanlah energi yang bisa diperbaharui. Penggunakan energi fosil juga dapat menimbulkan polusi, yang berakibat buruk bagi kesehatan manusia, sehingga konservasi energi dan pengendalian polusi wajib dilakukan.
3)    Pengelolaan sampah. Konsekuensi dari perkembangan kebudayaan manusia salah satunya adalah semakin banyaknya sampah. Kebanyakan sampah-sampah sisa kegiatan manusia adalah sampah yang sulit diurai oleh proses alam, karena itu perlu adanya usaha pengelolaan sampah untuk mengurangi dan menanggulangi menumpuknya sampah.
4)    Kesadaran warga kampus akan pentingnya konservasi. Persamaan persepsi seluruh elemen kampus untuk menyelenggarakan kampus konservasi adalah aspek yang paling penting, karena konservasi adalah usaha terpadu yang menuntut keterlibatan semua pihak.


BAB III
PEMBAHASAN


1.    Menciptakan lingkungan hijau dan konservasi air
Salah satu indikator Kelestarian alam adalah lingkungan yang hijau, yang mempunyai cukup pepohonan serta luasan daerah resapan air. Pohon yang ditanam disesuaikan dengan kondisi tanah dan juga tujuan penanaman, penanaman di kampus konservasi bertujuan untuk menyaring udara dari polusi, disamping itu jenis pohon yang ditanam juga bisa berperan sebagai penyimpan air. Berikut adalah beberapa jenis tenaman yang bisa berperan sebagai filter udara

•    Trembesi, samanea saman. Menyerap 28.488,39 kg/tahun CO2
•    Bambu, bambuceae. Menyerap 12 ton/ha/tahun CO2
•    Kenanga, canangium odoratum. Menyerap 756,59 kg/tahun CO2
•    Pingku, dyxoxilum exselsum. Menyerap 720,49 kg/tahun CO2
•    Beringin, ficus benyamina. Menyerap 535,90 kg/tahun CO2
•    Krey payung, Fellicium decipiens. Menyerap 404,83 kg/tahun CO2
•    Matoa, Pometia pinnata. Menyerap 329,76 kg/tahun CO2
•    Mahoni, swettiana mahagoni. Menyerap 295,73 kg/tahun CO2
•    Saga, Adenanthera pavoniana. Menyerap  221,18 kg/tahun CO2
•    Bungur, Lagerstroemia speciosa. Menyerap 160,14 kg/tahun CO2
•    Jati, Tectona grandis. Menyerap 135,27 kg/tahun CO2
•    Nangka, Arthocarpus heterophyllus. Menyerap 126,51 kg/tahun CO2
•    Johar, cassia grandis. Menyerap 116,25 kg/tahun CO2
•    Sirsak, Annona muricata. Menyerap 75,29 kg/tahun CO2
•    Puspa, Schima wallichii. Menyerap 63,31 kg/tahun CO2
•    Akasia, Acacia auriculiformis. Menyerap 48,68 kg/tahun CO2
•    Flamboyan, Delonix regia. Menyerap 42,20 kg/tahun CO2
•    Sawo kecik, Maniilkara kauki. Menyerap 36,19 kg/tahun CO2

Selain itu masih ada ketapang, asam kranji, dan dadap merah.(Endes S. Dahlan:2008). Disamping polusi, kekurangan air bersih menjadi masalah yang kompleks, mungkin ada yang beranggapan “Ah... bumi kan planet air, ga mungkin kita kekurangan air”, ya memang di bumi banyak air, tapi 97% air di bumi adalah air laut yang tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh manusia, tersisa hanya 3%, itu pun masih dikurangi air yang tercemar limbah. Banyak yang mengeluhkan kekurangan air bersih, tapi di satu sisi sering terjadi kemelimpahan air (banjir), dikarenakan untuk meraih air bersih manusia mengangkat air dari dalam tanah (artesis), tapi hal tersebut tidak diimbangi kemampuan resapan tanah, sehingga air banyak menggenang di permukaan tanah menyebabkan banjir dan air menjadi tercemar. Karena itu diperlukan suatu usaha konservasi air, diantaranya :
  1. Menghemat penggunaan air.
  2. Melakukan penghijauan dengan tanaman yang mempunyai kemampuan menyimpan air : beringin, bambu, mahoni, trembesi, dan johar.
  3. Inventarisasi pohon. meliputi pencatatan dan identifikasi tanaman, serta penentuan tanaman utama, yaitu pohon yang secara hukum tidak boleh ditebang.
  4. Pembangunan kampus yang menghemat lahan, dengan pembangunan ke atas tidak melebar.
  5. Pembuatan hutan mini kampus, yang berisi tanaman-tanaman langka untuk mempertahankan biodiversitas, serta sarana pendidikan konservasi bagi mahasiswa.
  6. Pembuatan kebun pembibitan.
  7. Pembuatan sumur resapan, untuk membuatnya ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sesuai dengan standart nasional Indonesia, yaitu :
  • •    Sumur resapan harus berada di lahan yang datar dan stabil
  • •    Berjarak minimal 5 meter dari tempat pembuangan sampah dan septic tank, serta minimal 1 meter dari pondasi bangunan
  • •    Struktur tanah harus mempunyai daya serap minimal 2cm/jam
Cara membuat sumur resapan :
  • •    Buat sumur dengan diameter 80-100 cm kedalaman 1,5m tapi tidak melebihi muka air tanah.
  • •    Dinding sumur diperkuat bisa menggunakan beton ataupun batu bata
  • •    Buat saluran pembuangan kelebihan air dari sumur resapan ke parit
  • •    Isi sumur dengan sampah organik untuk menarik cacing, rayap, semut, dan akar tanaman, lubang-lubang kapiler yang disebabkan oleh akar dan hewan-hewan tersebut bisa memperbesar daya resap tanah
  • •    Untuk menghilangkan bau sampah, timbun dengan sedikit tanah, volume sampah yang menyusut karena pelapukan bisa ditimbun lagi dengan sampah.
Sampah yang sudah membusuk dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos (Dr Kamir R. Brata: IPB).

2.    Penghematan energi serta pengendalian polusi
Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA, tapi sering kita dengar di berbagai daerah yang kekurangan pasokan BBM, listrik, dan sumber energi lain. Untuk mengatasinya telah banyak ide-ide anak bangsa yang menemukan energi alternatif, seperti listrik tenaga surya, tenaga angin, biogas, dan lain-lain, tapi sampai sekarang ide tersebut hanya sebatas ide, belum ada langkah konkret mengembangkan energi alternatif tersebut, penggunaan sumber energi fosil juga menyebabkan polusi udara yang memicu global warming. Untuk itu dirasa perlu adanya konservasi energi, dan usaha mengurangi sumber-sumber yang bisa menimbulkan polusi mulai dari lingkungan sendiri, dalam hal ini adalah kampus. Langkah sederhana yang bisa mendukung hal tersebut adalah : 
  1. Menghemat penggunaan listrik PLN.
  2. Kurangi penggunaan AC, karena gas buang AC dapat merusak ozon sehingga memicu efek rumah kaca, dan mengurangi proteksi bumi dari radiasi berbahaya seperti sinar UV yang bisa menyebabkan berbagai penyakit kulit. Dengan lingkungan kampus yang asri, udara akan terasa sejuk, sehingga dapat menekan penggunaan AC.
  3. Mulai penggunaan listrik tenaga surya untuk mengurangi penggunaan listrik PLN, walaupun biaya awalnya mahal tapi PLTS lebih murah dalam hal biaya operasional.
  4. Membudayakan naik sepeda dan jalan kaki ke kampus untuk mengurangi polusi dan menghemat penggunaan bahan bakar fosi.
  5. Pencanangan hari bebas polusi. 1 hari dalam 1 minggu kendaraan bermotor dilarang masuk kampus.

3.    Pengelolaan sampah
Dalam beberapa abad terakhir kebudayaan manusia mengalami perkembangan yang pesat. Banyak teknologi yang ditemukan. Banyak kepraktisan yang semakin memanjakan manusia. Sebagai konsekuensinya sisa-sisa kegiatan manusia, yang disebut dengan sampah juga semakin banyak. Dan yang mengerikan sebagian besar sampah tersebut tidak ramah lingkungan, sebut saja plastik, sterofom, PVC sulit di urai secara alami, bahkan sterofom tidak bisa diurai.

Untuk mengatasi permasalahan sampah, mulai dikenalkan dengan istilah 3R, yaitu reuse, reduce, recycle. Reuse berarti menggunakan lagi sampah yang masih berguna. Memakai botol bekas sebagai tempat air, menggunakan baterei rechargeable, memakai kantong plastik bekas yang masih bisa dipakai, menyimpan file dalam bentuk soft file. Reduce berarti mengurangi penggunakan segala sesuatu yang berpotensi menjadi sampah. Menggunakan kertas daur ulang untuk mengurangi penggunakan kertas baru, memanfaatkan barang-barang yang masih bisa digunakan adalah cara untuk mengurangi jumlah sampah. Recycle berarti mengolah kembali sampah menjadi barang baru yang bermanfaat, misal menjadi aneka kerajinan tangan, memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan bakar alternatif industri, dan mengubah sampah organik menjadi pupuk organik.
untuk mengatasi masalah sampah berdasarkan konsep 3R, langkah yang bisa dilakukan :
  1. Menyediakan tempat sampah tersebar di lokasi-lokasi strategis. Tempat sampah dibedakan berdasarkan jenis sampah untuk mempermudah pengelolaan, yaitu sampah plastik non botol, kertas, botol plastik dan kaleng, serta sampah organik.
  2. Pengelolaan lanjutan sampah yang sudah dipilah-pilah.
  3. Sampah organik diubah menjadi pupuk organik bisa menggunakan media sumur resapan, dan lebih advance lagi menggunakan teknologi pengolah sampah organik menjadi pupuk organik.
  4. Menggunakan kertas daur ulang, dan bentuk soft file dalam kegiatan kampus untuk mengurangi penggunakan kertas baru.
  5. Kesadaran warga kampus akan pentingnya konserasi.
Kerusakan alam adalah masalah bersama, karena itu harus ada upaya terpadu untuk mengatasinya. Semua pihak dilibatkan untuk memperoleh hasil yang maksimal, begitu juga dengan kampus konservasi, semua elemen kampus, baik pejabat kampus, dosen, karyawan, maupun mahasiswa berperan aktif mendukung program tersebut. Sering kali ada program yang baik hasilnya kurang maksimal karena kurang meratanya informasi, atau kurangnya partisipasi beberapa pihak. Sosialisasi dilakukan secara menyeluruh terutama kepada mahasiswa, sebagai warga kampus yang paling banyak jumlahnya, melakukan pendekatan secara halus, tapi tegas dengan adanya peraturan Rektor dan pemberian sanksi bagi yang melanggar.



BAB IV
PENUTUP

Kampus konservasi adalah bentuk usaha untuk mempertahankan kelestarian alam dimulai dengan konservasi diri-sendiri. Usaha yang dilakukan secara terpadu oleh seluruh elemen kampus, demi terwujudnya lingkungan yang asri, dan keberlangsungan hidup manusia.
Komitmen universitas untuk menjadikannya kampus konservasi di wujudkan dengan peraturan rektor sebagai landasan pelaksanaan usaha konservasi kampus. Sektor utama yang menjadi fokus konservasi adalah : lingkungan hijau, perlindungan hidro-orologi, energi, dan pengendalian polusi, serta pengelolaan sampah. Program yang dilakukan untuk menjadi kampus konservasi adalah :

1.    Penghijauan dan perawatan tanaman.
2.    Inventarisasi tanaman.
3.    Penghematan penggunaan air.
4.    Pembangunan gedung secara vertikal.
5.    Pembuatan sumur resapan.
6.    Pembuatan kebun pembibitan.
7.    Mengalokasikan sebagian lahan untuk dijadikan hutan mini kampus.
8.    Mengurangi penggunaan listrik PLN.
9.    Mencanangkan hari bebas kendaraan bermotor.
10.   Menyediakan tempat sampah yang dipilah berdasarkan jenis sampah.
11.   Pengelolaan sampah lanjutan sampai akhirnya tidak berwujud sampah.
12.   Mengurangi penggunaan kertas, sterofom, dan barang-barang berbahan dasar plastik.
13.   Dukungan pihak universitas untuk kegiatan lingkungan hidup.

Hal-hal tersebut diatas adalah langkah kecil yang bisa dilakukan oleh warga kampus untuk menciptakan kampus konservasi. Universitas adalah habitat bagi manusia-manusia yang mempunyai kemampuan lebih dalam ilmu pengetahuan dan daya pikir, karena itu diharapkan ada lebih banyak ide yang kemudian diaplikasikan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kelestarian alam. Yang paling utama, seluruh civitas akademika harus mendukung dan berperan aktif demi suksesnya program tersebut. Semoga dari tulisan sederhana ini dapat menjadi pedoman dan inspirasi bagi universitas-universitas untuk lebih maju, lebih peka terhadap isu global, yaitu masalah lingkungan hidup.

                wikipedia.org