Minggu, 03 Juni 2012

PANTHERA PARDUS MELAS, Sisa Kejayaan Raja Hutan Di Pulau Jawa



Banyak yang beranggapan bahwa di Pulau Jawa sudah tidak ada lagi hewan buas liar dari keluarga kucing besar, anggapan tersebut bukan tanpa alasan, Pulau Jawa yang padat akan penduduk membuat hutan – hutan yang menjadi habitat berbagai satwa liar cepat mengalami deforestasi. Disatu sisi orang beranggapan demikian, disisi lain masih ada orang yang beranggapan bahwa satwa endemik liar masih ada walaupun populasinya sangat sedikit. Salah satu satwa endemik yang masih bertahan, dan satu – satunya dari keluarga kucing besar yang masih ada di Pulau Jawa adalah Panthera pardus melas atau lebih dikenal dengan Macan Tutul Jawa, walaupun ada dugaan bahwa masih terdapat spesies kucing besar lain yaitu Panthera tigris sondaica dengan nama lain Harimau Jawa, yang diperkirakan masih eksis di daerah hutan Gunung Slamet, tapi karena belum adanya release resmi dari IUCN REDLIST tentang keberadaan spesies ini, penulis belum bisa mengulasnya lebih lanjut.

            Macan Tutul Jawa ( Javan Leopard ) merupakan satu dari sembilan jenis subspesies macan tutul ( Panthera pardus ) yang ada di dunia yang mempunyai dua varian warna, yaitu macan tutul yang berwarna kuning kecoklatan dan macan tutul yang berwarna hitam, tapi yang menjadi ciri khas kucing besar ini adalah corak tutul di tubuhnya. Macan Tutul Jawa mempunyai panjang 90 – 150cm, tinggi 60 – 95cm, dan berat sekitar 40 – 60kg. Ukuran tubuh betina lebih kecil dari jantan. Seperti macan tutul pada umumnya, macan tutul jawa adalah hewan nocturnal yang pandai berenang dan memanjat. Mangsa macan tutul jawa meliputi hewan – hewan mamalia, dan mampu menyeret mangsanya ke atas pohon walaupun ukuran mangsanya lebih besar. Umur macan tutul jawa bisa mencapai 21 – 23 tahun, dan termasuk hewan soliter dengan daerah teritorial seluas 5 – 15 km2, tapi terkadang kucing besar ini berpasangan maupun berkelompok mengasuh anak. Betina bisa memiliki anak 2 – 6 ekor dengan masa kehamilan sekitar 110 hari. Anak macan tutul jawa akan tetap bersama induknya sampai umur 18 – 20 tahun.












            Macan Tutul Jawa atau juga dikenal dengan nama Macan Kumbang masuk dalam status konservasi Critically Endangered serta Appendiks I dalam CITES,  diperkirakan hanya berjumlah 250 ekor saja pada tahun 2008 (IUCN REDLIST), dan diperkirakan menurun hingga sekarang, 
penurunan jumlah populasi diperkirakan semakin cepat seiring terjadi erupsi di Gunung merapi dan kebakaran di Gunung Lawu serta Gunung Merbabu. Pasca erupsi di Merapi dan kebakaran di Gunung Lawu, bisa dipastikan masih ada Macan kumbang yang selamat, dengan ditemukannya jejak kaki dari induk dan anak macan kumbang di mulut Gua Jepang di Plawangan, Gunung Merapi, ketika saya mengikuti pelatihan inventarisasi satwa liar pada bulan juli 2011.



            Pasca kebakaran di Gunung Lawu juga ditemukan jejak berupa feses macan kumbang di Jurang Pengarip-ngarip, Cemoro kandang, yang memang menjadi habitus dari spesies ini,







Foto diatas diambil oleh rekan saya di DIPONG INDONESIA mas Alu bulan September 2011. Serabut halus yang terkandung dalam feses adalah bulu kijang, sekaligus menguatkan dugaan bahwa di Gunung Lawu masih terdapat satwa liar, sehingga perlu diadakan upaya konservasi, untuk menjaga biodiversitas di Gunung Lawu.

Klasifikasi ilmiah :

Kingdom
Animalia
Filum
Chordata
Class
Mammalia
Ordo
Carnivora
Famili
Felidae
Genus
Panthera
Spesies
Panthera pardus
Trinomial name
Panthera pardus melas ( Cuvier, 1809 )

      gambar oleh : panterapardus.blogspot.com
                           hendryferdinan.wordpress.com