Selasa, 19 Februari 2013

Rafflesia arnoldii VS Bunga Bangkai

Bagi sebagian orang pasti menganggap judul di atas aneh, ya beberapa orang menganggap Rafflesia arnoldii adalah Bunga Bangkai. Tidak heran, karena dua spesies khas Indonesia ini memiliki kesamaan, yaitu memiliki ukuran raksasa, dan sama-sama menyebarkan bau busuk, tapi pada dasarnya dua tumbuhan ini sama sekali berbeda, mulai dari klasifikasi biologi, bentuk, warna, cara hidup, dan juga siklus hidupnya. Untuk bisa membedakan dua spesies ini, kita akan berkenalan lebih jauh

Rafflesia adalah genus tumbuhan parasit, ditemukan dalam ekspedisi penjajah Inggris pada tahun 1818 oleh pemandu dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold dan dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Sekarang tahukan kenapa namanya Rafflesia arnoldii. Rafflesia adalah parasit bagi tumbuhan rambat dari genus Testrastigma famili Vitaceae, menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan inang (Endoparasit). Bagian tubuh Rafflesia yang bisa dilihat dari luar hanyalah bagian bunganya dengan mahkota berjumlah lima. Pada beberapa spesies, diameter bunganya dapat mencapai lebih dari 100 cm, dan tinggi 50 cm dengan berat hingga 100 kg, Spesies terkecilnya, Rafflesia manillana mempunyai bunga dengan diameter mencapai 20 cm. Rafflesia tidak mempunyai akar, tangkai, ataupun daun. Di dasar bunga berbentuk seperti gentong terdapat benangsari atau putik atau yang disebut dengan berumah 2 dengan pembuahan dibantu oleh lalat, karena bunga jantan dan bunga betina belum pasti tumbuh berdekatan dan waktu yang sama, menjadikan kemungkinan pembuahan menjadi kecil. Masa pertumbuhan bunga memakan waktu hingga 9 bulan, tapi masa mekarnya hanya 5-7 hari, setelah itu bunganya akan layu dan mati. Jika inangnya mati, maka Rafflesia juga akan ikut mati, karena itu bunga ini membutuhkan habitat asli untuk bisa bertahan hidup. Sampai saat ini hanya Rafflesia patma berhasil dikembangkan diluar habitat aslinya yaitu di Kebun Raya Bogor.

Rafflesia mempunyai karakteristik tubuh yang unik, sehingga sulit diklasifikasikan. Berdasarkan hasil penelitian DNA oleh ahli Botani Universitas Harvard, Rafflesia masuk dalam famili Euphorbiaceae, satu keluarga dengan tumbuhan karet dan singkong. 7 dari 27 spesies Rafflesia di dunia terdapat di Indonesia, yaitu : Rafflesia arnoldii endemik Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh. Rafflesia borneensis di Kalimantan. Rafflesia cilliata di Kalimantan Timur. Rafflesia horsfilldii di Pulau Jawa. Rafflesia patma atau bunga patma raksasa di Nusa Kambangan dan Pangandaran. Rafflesia rochussenii di Jawa Barat. Dan Rafflesia contleyi di Sumatera bagian timur.

Setelah kenal dengan Rafflesia,  giliran Bunga Bangkai yang akan kita pahami. Bunga Bangkai atau Amorphpophallus titanium, juga dikenal sebagai Suweg Raksasa Titan Arum. Berbeda dengan Rafflesia, Bunga Bangkai hanya terdapat di hutan Sumatera, “Istimewa sekali kan..”. ketika mekar Amorphpophallus titanium terlihat seperti bunga terompet dengan warna krem pada bagian luar dan pada bagian yang menjulang. Jika Rafflesia cenderung melebar, maka Bunga raksasa ini cenderung menjulang ke atas dengan ketinggian mencapai 4 m dan diameter sekitar 1,5 m, merupakan tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar didunia. Termasuk tumbuhan dari famili talas-talasan atau Araceae, sehingga Bunga Bangkai tumbuh diatas umbi sendiri, berbeda dengan Rafflesia yang hidup sebagai parasit.

Amorphpophallus titanium mengalami 2 fase dalam siklus hidupnya yaitu fase vegetatif dan generatif yang terjadi bergantian dan terus menerus. Pada fase vegetatif, diatas umbi akan muncul batang dengan tinggi mencapai 6 m dan daun yang mirip dengan pohon pepaya. Setelah beberapa tahun pohon tersebut akan layu, kecuali umbinya. Jika lingkungan mendukung, dan umbi sudah mencapai berat 4 kg dari umbi akan tumbuh bunga majemuk, sekaligus dimulainya fase generatif. Jika berat umbi kurang dari 4 kg maka pohon yang layu akan digantikan pohon yang baru, yang berarti Amorphpophallus titanium tetap pada fase vegetatif.

Bunga Bangkai adalah tumbuhan berumah satu atau protogini. Untuk mencegah terjadinya penyerbuan sendiri, bunga betina reseptif lebih dulu, baru diikuti masaknya bunga jantan. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga ini berfungsi untuk menarik kumbang dan lalat yang nantinya akan membantu dalam penyerbukan. Setelah mekar selama sekitar 7 hari, Bunga Bangkai akan layu, dan kembali ke fase vegetatif. Jika selama mekar terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah merah dengan biji pada bekas pangkal bunga, biji ini bisa ditanam menjadi pohon baru.

Klasifikasi Ilmiah  Rafflesia arnoldii
Kerajaan
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Malpighiales
Famili
Rafflesiaceae
Genus
Rafflesia
Spesies
Rafflesia arnoldii

Klasifikasi Ilmiah Bunga Bangkai
Kerajaan
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Liliopsida
Ordo
Alismatales
Famili
Araceae
Genus
Amorphophallus
Spesies
Amorphophallus titanum


sumber : IUCNredlist.org 
                alamendah.wordpress.com

MENGOLAH LIMBAH AIR DENGAN BANTUAN TUMBUHAN

Berbicara tentang limbah terutama di Indonesia memang tidak ada habisnya. Sebagai negara berkembang Indonesia belum banyak memberi perhatian dalam hal pengolahan limbah, padahal ada beberapa teknologi pengolah limbah murah yang bisa diandalkan, salah satunya adalah dengan menggunakan jasa bantuan tumbuhan tertentu yang mempunyai kemampuan menyerap beberapa logam renik berbahaya, proses itu disebut dengan Fitoremediasi.

Fitoremediasi berasal dari bahasa Yunani phyto (phyton) yang berarti tumbuhan, remediare (bahasa latin) yang artinya memperbaiki atau membersihkan sesuatu. Fitoremediasi (phytoremediation) adalah suatu sistem dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan mikroorganisme dalam tanah, koral, atau air yang dapat mengubahzat pencemar menjadi kurang /tidak berbahaya, bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.

Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah : Anturium merah /kuning, Alamanda kuning /ungu, Akar wangi, Bambu air, Cana presiden merah, /kuning /putih, Dahlia, Dracenia merah /hijau, Heleconia kuning /merah, Jaka, Keladi loreng /sente /hitam, Kenyeri merah /putih, lotus kuning /merah, Onje kuning /merah, Pacing merah /putih, Padi-padian, Papirus, Pisang mas, Ponaderia, Sempol merah /putih, Speder lili, dan lain-lain.

Karena mengandalkan jasa tumbuhan, Fitoremediasi bersifat alami, sehingga aman. Ada enam tahap proses yang dilakukan tumbuhan untuk mengolah limbah yang ada di sekitarnya, yaitu :
 
  1.  Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan, proses ini juga disebut hyperacumulation.
  2. Rhizofiltration (rhizo = akar) adalah proses pengendapan zat pencemar agar menempel pada akar.
  3. Phytostabilization adalah penempelan zat pencemar pada akar yang tidak akan terserap oleh batang tumbuhan. Zat tersebut secara stabil akan menempel erat sehingga tidak akan terbawa oleh air. 
  4. Rhyzodegradation (enhanced rhezosphere biodegradation) adalah proses penguraian zat pencemar oleh mikroba yang ada di sekitar tumbuhan. Misal ragi, fungi /jamur, dan bakteri.
  5. Phytodegradation (phytotransformation) yaitu proses menguraikan zat pencemar yang mempunyai rantai molekul komlplek menjadi sederhana yang tidak berbahaya. Proses ini dapat berlangsung pada daun, akar, batang, atau sekitar akar tumbuhan. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym yang bisa mempercepat proses degradasi.
  6. Phytovolazation adalah proses menarik dan transpirasi zat pencemar dalam bentuk larutan terurai yang tidak berbahaya untuk kemudian diuapkan ke atmosfer.
 
Fitoremediasi cukup efektif dan murah untuk mengatasi pencemaran lingkungan oleh logam berat dan B3 sehingga dapat diaplikasikan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di negara-negara seperti US, Perancis, Jerman, Inggris, dan Australia sudah banyak menerapkan teknologi ini, tapi sayang di Indonesia belum banyak digunakan. Tertarik menerapkan Fitoremediasi? Tenang kita tidak perlu keluar negeri kalau ingin belajar, kita bisa mengunjungi saudara kita di Bali, tepatnya di Kantor Camat Kuta, Kantor Gubernur Bali, dan Sunrise School yang lebih dikenal dengan sebutan WWG (water water garden) atau Taman Bali. 

Sekilas saya akan membahas konsep penerapannya. Fitoremediasi diaplikasikan di lahan basah penampungan limbah. Karena itu harus disediakan lebih dulu kolam pengendapan limbah. Konstruksinya berupa kolam dengan pasangan batu kedap air dengan kedalaman 1 m. Kolam dilengkapi dengan pipa inlet dan outlet. Kolam diisi koral (kerikil) setebal 80 cm. Lahan basah kemudian ditanami jenis tumbuhan yang sudah disebutkan diatas dengan variasi beberapa jenis dan berjarak rapat, dengan melubangi lapisan media koral sedalam 40 cm.

Tinggi air limbah diatur 70 cm dari dasar kolam, dengan begitu posisi air limbah selalu 10 cm dibawah koral. Faktor-faktor yang menentukan dalam aplikasi Fitoremediasi adalah ketersediaan tumbuhan hiperakumulator dan adanya kerjasama yang baik antarbidang ilmu, misal ilmu tanah, karena pentingnya pemahaman mikrobiologi yang sesuai dengan limbah.

sumber : Mujiyanto